Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Minggu, 18 Maret 2012

Surat Untuk Ukhtiku,


Ketika Sebening Embun Pagi, Menghilang tiba-tiba dari Secerah Sinar Mentari...

Malam tanpa bintang dan bulan, tanpa udara yang menyejukan, hanya gelap sang teman setia. Malam ini tepat Ulang Tahunnya, saudariku yang entah dimana. Entah bagaimana aku sampaikan, pada siapa aku kirimkan pesan ini untukmu bahwa aku merindukanmu. Bagaimana harus aku kabarkan kabar baik dan buruk, bagaimana juga aku bercerita padamu keluh kesa hatiku selama ini. Bagaimana juga aku mendengar cerita-ceritamu, mendengar keluh kesahmu, berbagi suka dan duka denganmu serta berbagi masalah. Aku tak tau bagaimana caranya…

Malam ini, teringat jelas dimataku, awal-awal kebersamaan kita…

Dari sebuah baju gamis, jadi tukang ojek pribadi hingga perjalanan pengerjaan skripsi. Buat pakaian seragam, atau busana senada saja sudah cukup untuk kita bisa menjadi kembaran si hitam dan putih atau si gendut dan kurus, si kecil dan si besar, si pembicara dan pendengar. Kita berbeda, tapi kita tidak terpisah. Bisnis bersama, rasa marah dan kecewa bersama, ya lebih dari 2 tahun kita bersama dan melewati hari bersama-sama dengan matic tercinta. Dunia milik kita berdua.

Kita pun tak saling bercerita masalah-masalah kita satu sama lain, namun kita bisa mengerti satu sama lain. Kadang kita tak saling memahami, namun bagaikan angin menyapa dedaunan dan menjatuhkannya. Hal itu tak menjadi problema.

Masih jelas dibenakku pertama kau membuatku menangis, menelantarkanku ditengah malam dan hujan ditengah kota. Itu marah pertamaku memuncak dan menyakitkan. Teringat jelas pula dibenakku ketika aku membentak dan memaksamu ketika silaturahim idul fitri, karena kata-kataku engkau menangis. Benar ternyata, dibalik kebesaran dan kehebatan kata2 dan ceritamu sesungguhnya engkau lemah. Kau tak punya kekuatan lebih kecuali emosi yang tertahan.

Banyak hal yang tak dapat ku ceritakan satu persatu saudariku, kejutan yang terakhir ku terima adalah sebuah Al-Quran 3 bahasa darimu sebagai kado hari lahirku. Sebelumnya engkau bingkiskan padaku sebuah Al Qur’an jus diusia ke 22. Dua benda yang sangat berharga, Namun aku hanya bisa memberimu satu bingkisan saja diusiamu yang ke 23. Hari ini usiamu 24 tahun, ingin aku berikan satu bingkisan sebagai kado ulang tahun namun aku tidak bisa. Jangankan memberikan kado ulang tahun untuk mu, untuk mengucapkan selamat hari lahir saja aku tidak bisa…

Malam ini, ku dengarkan alunnan lagu dari Saujana “Jendela hati”, ini lagu kita saudariku. Dilagu itu kita terwujud dalam sebuah lagu. Engaku Embun Pagi dan aku Mentari. Iya, lagu mars qt. Kau tau ukhtiku, ku juga dengarkan lagu dari Brother untukmu teman. Ingetkan engkau pernah menangis gara2 lagu ini. Dan yang terakhir yang ku putar sebuah MP3 dari Brother, Do’a Perpisahan. Dulu aku selalu berharap itu sebuah lagu saja dan tak terjadi pada kita namun tampaknya masalah yang menyapamu membuat semuanya terwujud.

“ Kan ku utuskan salam ingatanku dalam do’a kudusku sepanjang waktu. Ya Allah bantulah hambamu. Senyuman yang tersirat diwajahmu, menjadi ingatan sepanjang waktu. Segala keberkahan bersimpuh padu. Kenangku didalam do’amu. Semoga Allah memberkahimu…”

Hanya ungkapan itu yang dapat ku ungkapkan. Aku percaya, semua adalah rencana Allah dan atas izinNya. Allah akan mempertemukan kita dalam keadaan dan keimanan yang lebih baik. InsyaAllah…

Ukhtiku sholihah, aku tak dapat menghubungimu dan bertemu denganmu. Ini harapanku terakhir, dan engkau dapat membaca tulisan ini. Ketika engkau membaca tulisan ini, segera hubungi aku. Aku tau engkau hafal no Hp q. Aku mencintaimu karena Allah. Do’aku semoga engkau baik2 saja… Hermayani, S.Pd.

2 komentar:

Harmoko, A.Md mengatakan...

kabur kemano dek ?

mentari mengatakan...

kabur...!!! tak de yang kabur kak...