Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Senin, 20 Desember 2010

S.Pd 081210

Palembang, 081210

"Ketika kuncir berpindah posisi,ada sedikit kebanggaan dihati bahwa satu kunci masa depan telah kumiliki. Kebanggaan yang ku persembahkan untuk sepasang pejuang hidupku, Ayah dan Ibu... Love U so much..."

Merangkai sebuah kata indah, dari hati terdalam, dari sebuah rasa, dari cinta yang melebur menjadi satu dalam dada. Dengan mata yg berkaca, karena bahagia. Untukmu Ayah dan Ibuku Tercinta ku persembahkan gelar sarjana.

Alhamdulillah, kuselesaikan juga pendidikanku dibangku kuliah sesuai target. Senang bercampur haru biru menyelimuti. perjalanan yang tidak mudah telah kulalui, sungguh jika bukan karena Allah aku mungkin saja tidak bisa menjadi peserta wisudah hari ini karena banyak rintangan didalamnya yang jika kita fikir secara logika itu tidak akan mungkin terjadi. mungkin saja tahun depan aku akan merasak yang namanya wisudah. Do'a orang tua dan semangat teman2ku sangat berpengaruh. Masalah yang menyapa tak menjadi penghalang tapi semakin mendewasakan.Perjuangan menggapai ini tak terlepas dari semua orang yang ku cintai dan mencintaiku. Kulihat ada rasa bahagia bercampur bangga di kedua mata mereka, sungguh ini sangat kecil yang bisa ku berikan untuk mereka ayah dan ibu tercinta. Airmataku hampir keluar ketika mendengarkan cerita ibu yang cukup antusisas setelah acara wisuda tadi, ia tampak bahagia ketika nama ku disebutkan untuk dipindahkan kuncir dari kiri kekanan. Sepertinya perjuangan mereka menyekolahkanku tidak sia-sia,mungkin itu ujar beliau dalam hati.
Sedikit me-review persiapan wisuda hari ini. Persiapan kebaya dari bulan2 sebelumnya bahkan sebelum aku tau aku akan bisa berwisudah hari ini, kendaraan dan banyak lagi. H-2 ku tergeletak tak berdaya dikamar, Demam menyerang dan kepanikan tampak terlihat di mata orangtuaku tercinta. Kegiatan yang ku rencanakan to esok hari terancam gagal, gladi plus musda PKS kemungkinan tampak tak dapat ku hadiri. Ayahku tampak tak tega melihatku menangis ketika ibu memaksaku makan dan minum obat tradisional. Seorang teman yang backgroundnya Perawat akhirnya mengambil alih pekerjaan ibu. Singkat cerita tanpa basa-basi temanku mengambilkan obat dan menyuruhku minum. Ketika malam semakin larut, udara tampak semakin dingin, dan tubukku kurasakan tak kunjung membaik. dengan sabarnya ibuku merawatku layaknya anak kecil. Keningku diperiksanya, selimutku pun dipakaikannya. Tak lupa pula ayah yang sangking cintanya tidak mengizinkanku untuk menjalankan agendak dikarenakan sakit namun aku tetaplah aku, wlw tubuh tak mampu tapi sugesti sehat harus kuhidupkan. Walau fisik lemah tapi fikiran harus tetap kuat, lagi2 menjadi sosok pembangkang. Ketika malam menyapa, ayah slu mengingatkan aku yang pelupa ini untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Hal yang menarik untukku adalah ketika Ayah bertanya kenapa aku tidak kesalon seperti beberapa temanku. Sangking ingin melihatku tampil sempurna hari itu ayah menyuruhku untuk ke salon walau tetap tidak bisa aku mengikuti perintahnya.
Wisuda...
bukan akhir tapi awal dari kehidupan nyata. Mau q bawa kemana gelar yang telah kudapatkan dengan susah paya ini, mau ku kemanakan gelar yang merupakan hasil perjuangan orang tuaku ini. Aku tidak bisa menjamin bahwa dengan gelar ini aku akan bisa terus membahagiakan dan membanggakan kedua orangtuaku tapi aku akan terus berusahan untuk itu,aku tidak akan menyerah.

Hidup nyataku baru saja dimulai, akan ku ciptakan bahagia dan keindahan dalam kenangan masa hidupku...


_Ad-Dhoif_

Tidak ada komentar: