Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang...

Sabtu, 11 September 2010

Suka Cita Ramadhan nan Indah


Palembang, 10 September 10

1 Syawal 1431 H

Gema takbir berkumandang, memberi rasa yang mendalam. Ada getaran dihati yang melunakan jiwa hingga menitiskan butiran airmata. Asma Allah itu begitu menyentuh hatiku, menusuk kerelung jiwa ini. Kurasa ini adalah bulan ramadhan tersulit yang ku alami, bukan tersulit tapi terunik dalam hidupku sampai hari ini. Tantangannya begitu besar hingga tak dapat ku uraikan dengan beribu banyak kata. Disini, dimalam ini, ku ingin sedikit mereview Ramadhanku.Untuk airmata yang tertahankan dan tak dapat ku bagi karena tak tau siapa yang bisa diberi. Mungkin aku terlalu pelit tapi sungguh ku rasa tak ada yang dapat ku beri dan kurasa tak pantas berbagi kesedihan. Karena untukku kebahagiaan semua saudara2 ku adalah kebahagiaan ku juga. Cukup Allah sajalah yang selalu menjadi penolong dan tempat berbagi keluh kesahku saat ini dan selamanya.

Bulan Ramadhan nan indah dan penuh pesona to semua muslim didunia. Satu Ramadhan tepat jatuh pada Hari Rabu tanggal 10 Agustus 2010. Kau tau teman sebelum ramadhan datang kusambut dengan hati riang, target ibadah yang harus ku kejar dengan semangat 45. Disinilah aku akan menempah diri ini,mengumpulkan pahala2. Pokoknya aku harus fokus kedalam ibadah. Namun keinginan hanyalah keinginan, kesibukanku tidak mengizinkan aku fokus dalam ibadah saja. Allah benar2 mentarbiah ku untuk dapat disiplin waktu. Aku tercebur dalam satu kegiatan yang entah kapan aku mulai. Iya satu kegiatan yang akupun tak menyangka aku bisa masuk disana. Jauh dari bidangku sekarang. Satu kegiatan yang kunilai pesimis pada awalnya dan satu kegiatan ini yang membuatku menitikan air mata ditengah cobaan yang mendera. Bukan karena kegiatannya yang tak dapat aku terima tapi karena akunya yang merasa tak percaya atas apa yang aku terima. sebuah keputusan yang sulit kupercaya namun harus ku ikhlaskan dan memaklumkan untuk kebaikan nya. Air mata pertama dalam perjalanan pulang disaksikan alam dan sang matic tercinta tak jatuh sepenuhnya. Tak dapat kusalahkan siapa2 hanya aku menyalahkan diri ini kenapa harus menangis. Selemah itukah aku dengan air mataku. Entah air mata apa itu, ”Perpisahan”kah??? Ya satu kata yang ku ingat terucap dari caranya bukan dari perkataannya. Atau mungkin itu air mata ketakutan menghadapi hari esok yang kufikir sangat rumit dan sulit untuk ku lalui sendiri. Walau dalam teorinya aku tidak sendiri tapi menurut perhitunganku akan sulit dan akan ku lakukan sendiri.Dan untuk kesekian kalinya aku mencoba menguatkan diri yang lemah ini “ Sendiri itu lebih baik”! Kutampik semua rasa sedih itu dengan mencoba mengikhlaskan dan aku yakin Allah tidak pernah meninggalkan ku sendiri. Akan ada kekuatan baru untuk ku, dan kekuatan itu tidak dengan air mata. Tidak!!! karena air mata hanya dapat melemahkanku. Aku bukan wanita yang lemah. Allah memberikan cahaya baru, kekuatan baru dengan mencarikan tenaga baru walau ku tau tidak ada yang menggantikan sama halnya aku seperti sebelumnya. Kecewaan itu tetap tertancap dan segera kutampik “Sesuatu yang hilang itu akan diganti Allah dengan yang lebih baik. Ya, Aku telah mendapatkan yang lebih baik” ku coba menguatkan diri didalam kelemahan hati dan membungkusnya dengan senyum dan tetap optimis tidak ada yang akan hilang namun akan banyak yang datang. Aku percaya hal itu. walau ku tau ada hati yang tersakiti ketika aku mengatakan hal itu tapi aku ingin dia tau aku tidak kecema dan sedih cukup aku saja dan Allah yang Tau. Namun tetap saja, fikiran ini terasa berat untuk memikirkan menjalani apa yang direncanakan. “Jangan difikirkan tapi dilakukan” kata2 bijak dari Murrobiku dan beberapa teman yang memotivasiku. Bismillah ku melangkah menjalani ramadhan.

Ternyata benar, dijalani walau berat akan terasa seperti angin lalu saja nantinya. Lelah itu pasti tapi Aku mencoba menikmati setiap perjalanan ramadhanku dan itu membuatku merasakan aku mendapatkan lebih dari yang kuduga. Keluarga baru, dunia baru, ilmu baru dan banyak hal. Seminar yang kunanti pun aku jalani ditengah kesibukan. 3 September 2010 akhirnya ku lewati walau dengan hati sedih. Ku mencoba melakukannya semaksimal mungkin. Seminar yang mengharukan menurutku. Persiapan yang minim, ditengah kesibukan yang tak dapat ku lewati. Teringat ketika aku mengerjakannya setelah semua kewajiban didapurku selesai. Kira2 sekitar pukul 00.30, dan kebiasaan ayah memang bangun jam segitu mengecek apakah aku telah tidur atau belum. Seperti yang beliau lihat malam itu aku belum tidur dan sedang asik berkutik dengan mas accer tercinta dan bang printer. Biasanya beliau berbicara cukup tegas menyuruhku tidur walau aku sedang sibuk dengan tugas kuliah. Tapi malam itu tidak banyak kata yang beliau sampaikan, “Rie, sdh malem. tidur lah. Kau kan capek.Pasti kau capek nian, tidurlah ya” aku hanya mengangguk tanpa berucap Entah kenapa tiba2 airmataku jatuh dengan sendirinya. Ya Allah begitu cemasnya ayahku, Begitu jahatnya aku yang membuat beliau mencemaskanku. Perhatiannya yang kadang tidak diperlihatkanya padaku

Dengan kesehatan yang tidak mendukung ku coba bertahan melalui Ramadhan hingga akhir. Suara yang tidak kunjung pulih tidak menyurutkanku dalam kegiatan2n ku satu kuncinya adalah jangan mengeluh. Tapi itu tidak bisa kulakukan, aku selalu mengeluh. Mengeluh padamu ya Allah, Ya Hanya Allahlah tempat mengadu yang tepat. “Cukup Bagiku Allah” Tempatku memohon kekuatan dan kelapangan hati dalam menjalani akttivitas ku sehari2.

10 malam terakhir, terus ku tingkatkan amal ibadahku mengejar target ramadhan tapi lagi2 Allah mengujiku. Undangan buka puasa mulai berdatangan, ada musibah jg di Rumah sakit,dan sedkit tekanan dari orangtua, Dan semua membuatku semakin kuat. Di Rumah sakit, ku dapati rasa syukur yang mendalam dan pengikat persaudaraan, di Buka bareng ku bisa refresing dari kepenatah hati,dan dirumah mengajarkan aku dewasa. Dan sampai hari ini,seingatku aku hanya 3 kali berbuka puasa dirumah. Yang lain diluar.Ini masa tersulitku, semua teman2ku menginginkan kehadiranku. Menolak kurasa tidak bisa dilakukan. Sungguh sulit sekali aplagi beberapa teman komplen “rie,sekarang begini ya... rie begitu ya...” dan banyak lagi. Tak sanggup aku mendengarnya. Mencoba bermutasi diri dengan sebaik mungkin dan jangan ada yang kecewa. Sungguh kebahagiaanku adalah membuat bahagia orang2 disekitarku. Aku tidak bisa melihat mereka kecewa karenaku. 10 hari terakhir aku tak dapat memaksimalkannya dengan baik. Aku tidak diwajibkan untuk berpuasa,hanya disisa sisa ramadhan aku baru bisa menjalankannya. Itupun harus ku bagi dengan berbagi bersama orang2 yang aku cintai “Ya Allah, harapku hanya satu semoga semua bernilai ibadah dihadapanMu... Aamiin” Pintaku dengan segala kelemahanku.

Akhir Ramadhan yang penuh hikmah dan begitu singkat ku rasa. Sungguh airmata yang kurasa diawal jumpa terhapus sudah. Yang kurasa akan hilang ternyata bertambah mesra dan ku harap begitu selamanya, mendapat keluarga baru yang planning baru dan semuanya menyenangkan bagiku. Walau kadang kumerasa ada yang salah tapi tetap berfikir dengan positif harus diperbaiki. Allah sayang padaku, Ia memberikan satu bingkisan kecil untukku sebagai penguat diakhir ramadhan. Dan diakhir ramadhan masalah itu dimulai. Sebuah fitnah datang kembali menyapaku, dari seorang yang sudah kuanggap seperti siswaku sendiri. Untuk kesekian kalinya aku merasa tidak bisa menjaga hijabku. Padahal pertemuan kami bisa dihitung dengan jari tapi entah bagaimana fitnah itu menyapa. Aku yakin semua akan berakhir segera.Badai pasti berlalu, Akan ada pelangi setelah hujan, Akan ada cahaya mentari setelah malam menyapa. Biarkan semua berlalu seperti apa yang Ia mau. Aku percaya Allah memberikan masalah sepaket dengan penyelesaiaanya. Tidak akan lebih dan kurang dari kekuatan hambanya. Tetap untuk ku dan selalu Allah lah yang menjadi kekuatan.

“ Cukup bagi ku Allah, segalanya untukku Tiada Tuhan selain Allah, Cukup Bagiku Allah...”

_Ad dhoif_

_Mentari Syifazillah Rizky__

2 komentar:

harmoko mengatakan...

Semoga senantiasa menjadi pelita di kala gelap. Tidak ada yang lebih layak yang kita lakukan dalam hidup ini kecuali senantiasa memberikan manfaat bagi orang lain.

Mentari mengatakan...

Aamiin...